|
Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi, memimpin Rapat Koordinasi Forkopimda, di Kantor Gubernur Sumbar, Rabu (20/4/2022). (Foto: Pemprov Sumbar) |
Merdekapost.com - Viral di media sosial Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, diusir oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek, Kota Bukittinggi. Insiden ini terjadi saat politisi PKS tersebut menghadiri acara Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) di kampus tersebut.
Dari video yang beredar terlihat acara digelar di Aula Gedung Student Center UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi. Acara itu dihadiri ratusan mahasiswa baru yang memakai pakaian hitam putih. Sementara Mahyeldi duduk di panggung.
Di saat itu, satu orang mahasiswa memakai almamater berorasi dan menolak kedatangan Mahyeldi. Ketika berorasi, seluruh mahasiswa bersorak dan memberi tepuk tangan.
Terlihat beberapa orang yang diduga panitia acara memaksa mahasiswa yang berorasi itu turun dari panggung. Dalam video tidak jelas kalimat yang disampaikan mahasiswa ini saat berorasi.
Namun, di dalam aula, beberapa spanduk telah dibentangkan yang bertuliskan: Tuntaskan Isu PSN Pak Gub dan 'Ham dilangkahi'.
Presiden Mahasiswa UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki, menyebutkan peristiwa dalam video itu terjadi pada Selasa (22/8) sekitar pukul 15.00 WIB. Ia mengakui, mahasiswa menolak kehadiran gubernur tersebut.
"Ini sebagai sikap solidaritas terhadap masyarakat Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat yang terancam oleh rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diusulkan Gubernur Mahyeldi," katanya, Rabu (23/8).
Dikatakannya, sampai saat ini, masalah isu usulan PSN Air Bangis belum selesai. Mahasiswa menuntut cabut usulan itu kepada gubernur.
"Kami yang mengetahui gubernur hadir dalam acara BEM UIN Bukittinggi berinisiatif melakukan aksi spontan menolak kedatangan Gubernur Mahyeldi," imbuhnya.
"Ada setengah jam (sejak aksi dimulai) Gubernur baru pergi. Kami memang berencana tidak akan stop sebelum beliau balik," sambung Zaki.
Pada akhirnya Mahyeldi dan rombongan pergi meninggalkan kampus UIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi.
Pemprov Sumbar Bantah Pengusiran
Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Kabiro Adpim) Setda Provinsi Sumbar, Mursalim, buka suara soal peristiwa tersebut. Ia menolak peristiwa itu disebut pengusiran.
"Tidak ada (Gubernur) diusir, itu keliru," ungkap Mursalim.
Ia mengakui saat itu memang ada insiden, namun rombongan gubernur hanya melihat. Pihaknya tidak mengetahui apa yang menjadi permasalahan utamanya.
"Karena memang apa yang mereka (mahasiswa) suarakan tidak begitu jelas terdengar. Saat itu suasana begitu riuh," jelasnya.
Lebih lanjut Mursalim menjelaskan, sembari pihak kampus berupaya untuk menetralisir situasi dan waktu salat asar hampir masuk, maka Gubernur minta izin untuk melaksanakan salat sembari menunggu kepastian situasi kembali kondusif.
"Kalau diusir, kan tidak mungkin kami sempat salat asar berjemaah di sana," tegas Mursalim.
Ia juga mengungkapkan, setelah selesai salat, pihaknya sempat didatangi rektor yang menyampaikan bahwa situasi masih belum terkendali dan minta pembekalan PBAK dialihkan menjadi daring via aplikasi zoom.
Mengingat masih ada agenda lanjutan, maka gubernur menolak permintaan tersebut secara halus dan memilih untuk meninggalkan lokasi.
Mursalim juga menyebut bahwa pihaknya sangat menyayangkan insiden tersebut. Padahal menurutnya, saat datang ke kampus itu, Gubernur telah merencanakan tiga hal.
"Pertama tentu memenuhi undangan pihak kampus untuk memberikan orasi ilmiah terkait Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) kepada mahasiswa baru," bebernya.
"Kemudian yang kedua, gubernur berencana menindaklanjuti permintaan pihak UIN kepadanya untuk mencarikan solusi pelebaran akses jalan menuju kampusnya yang saat ini masih sempit dan seringkali crowded ketika ada acara wisuda," tambah Mursalim.
Selanjutnya yang ketiga, Mahyeldi berencana untuk menyambungkan relasinya di Timur Tengah dengan pihak kampus guna percepatan kelanjutan pembangunan kampus ke depan.
"Kalau jelas kemarin yang menjadi alasan mereka adalah itu (permasalahan demo PSN). Kan bisa kita diskusikan secara baik-baik tentang bagaimana duduk permasalahannya, tidak mesti itu dengan aksi seperti kemarin," kata dia.
Dengan adanya insiden ini, kata Mursalim, terkesan seperti memang ada niat untuk mempermalukan Gubernur Sumbar. Hal ini sangat disayangkan.
"Kampus merupakan tempat mengasah pemikiran, gagasan ,dan bernaungnya kaum terpelajar. Semestinya insiden demikian tidak perlu terjadi di sana. Apalagi insiden itu berlokasi di Ranah Minang yang terkenal akan adat dan budayanya yang penuh kesantunan," pungkasnya.(*)
(Aldie Prasetya / Sumber: Kumparan.com)