Bisakah Incumbent atau Petahana dikalahkan?
Opini Sederhana ini ditulis Oleh : Dzl Merah*
Judul diatas diambil karena pada saat tulisan ini ditulis kota Sungai Penuh adalah salah satu kota yang akan ikut dalam gelaran pesta rakyat pada tahun 2024 ini, tentu akan banyak pertanyaan-pertanyaan berikutnya terkait Judul diatas, mungkin ada yang bertanya mungkinkah mengalahkan Incumbent?. Adakah peluang pendatang baru pada pilkada kota Sungai Penuh Kali ini, dan seabrek pertanyaan lain mungkin berkecamuk di pikiran kita, dan itu tentu sangat menarik kita bicarakan...
Berbicara tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tentu sama-sama kita ketahui, pilkada merupakan produk dari konsesus politik nasional yang bergulir sejak dilengserkan orde baru, pergerakan dan tragedi 98 menjadi Induk dan sumber lahirnya produk yang dinamakan “Pilkada” di era otonomi daerah.
Incumbent berasal dari bahasa Inggris yang berarti pihak yang sedang berkuasa (Penguasa) atau sedang memimpin (Pemimpin) atau sedang menjabat (Pejabat) suatu posisi strategis pengambil keputusan tertinggi di suatu wilayah atau daerah, atau orang yang sedang menjabat kekuasaan/jabatan (politik).
Sedangkan dalam bahasa populer yang beredar ditengah masyarakat umum isitilah Incumbent sama juga dengan “Petahana” yang diambil dari kata Tahana yang berarti kebesaran, kedudukan atau kemuliaan yang didalam politik adalah pemegang suatu jabatan politik yang sedang menjabat atau masih menjabat.
Sejak berpisah dari Kabupaten Induknya Kerinci, kota Sungai Penuh sudah memiliki beberapa penjabat Walikota dan Wakil Walikota, kota yang dibentuk berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2008 merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci yang mana pengesahannya dilaksanakan menteri dalam negeri pada tanggal 8 oktober 2009.
Berikut nama-nama penjabat Walikota dan Wakil Walikota Sungai Penuh Sampai Sekarang:
1. Hasril Muhammad 2008-2009 (Penjabat Sementara)
2. Hasvia Hasimi 2009-2010 (Penjabat Sementara)
3. Akmal Thaib 2011 (Penjabat Sementara)
4. Asafri Jaya Bakri –Ardinal Salim 2011-2016 (Walikota dan Wakil Walikota)
5. Asafri Jaya Bakri – Zulhelmi 2016- 2021 (Walikota dan Wakil Walikota)
6. Ahmadi Zubir – Alvia Santoni 2021 - Sekarang (Petahana).
Dari beberapa kajian akademis yang dilakukan lembaga survey yang ada di Indonesia tingkat keterpilihan Incumbent (Petahana) cukup tinggi, begitu juga yang terjadi di Kota Sungai Penuh pada era masa kepemimpinan Asafri Jaya Bakri (AJB) pada 2016 berhasil memenangi Pilwako saat itu. Tentu ini menjadi pertanyaan yang KRUSIAL pada Pilkada Kota Sungai Penuh Kali ini, bisakah sang “Petahana” mempertahankan kekuasaannya? Tentu akan semakin menarik kita kaji dan bicarakan. Apalagi disini Petahana “Walikota” dan “Wakil Walikota” akan berseberangan, mereka akan saling berkompetensi pada pilkada kali ini.
Ahmadi Zubir yang dulunya berpasangan dengan Alvia Santoni, telah lebih dahulu mendapatkan rekomendasi Partai PKS untuk maju di Pilkada Kota Sungai Penuh 2024 berpasangan dengan kader PKS Fery Satria ditambah PDIP dan partai lainnya tak menutup kemungkinan akan mengusung mereka berdua (Ahmadi - Fery). Kemudian kita tentu mendengar juga isu yang berkembang Alvia Santoni wakil Walikota Sungai Penuh kader PPP yang juga siap bertarung di Pilkada Kali ini, masyarakat kota Sungai Penuh juga menunggu siapa yang akan menjadi pasangan Alvia Santoni yang biasa juga di sebut Bang “Antos”.
Lalu Bagaimana Peluang Fikar Azami selaku pelanjut dari trah AJB yang santer akan berpasangan dengan Azhar Hamzah seorang politisi kawakan dari Partai Gerindra yang biasa dipanggil bang “Kenek”, dan bagaimana pula peluang Alfin pendatang baru yang melejit namanya di kota Sungai Penuh baru-baru ini, yang konon katanya sudah mengantongi beberapa rekomendasi partai besar, bahkan isu terakhir berhasil meyakinkan DPP Partai Gerindra untuk mengusung dirinya di Pilkada Kota Sungai Penuh, tentu kebenaran yang sebenarnya kita lihat saja saat pendaftaran di KPU Nantinya. Tentu pembicaraan tentang kandidat lainnya seperti Pusri Amsy, Noviar Zein, Lendra Wijaya, Nuzran Joher, Dipol Ilham Jalil dan beberapa tokoh kota Sungai Penuh lainnya juga disebut-sebut. Tentu kejutan-kejutan akan terus terjadi kedepannya.
Para pembaca yang budiman, dua paragraf diatas, sudah menjadi biasa kita dengar ditengah masyarakat kota Sungai Penuh, cerita di warung-warung kopi yang ada di kota Sungai Penuh.
Mari kita lanjutkan membahas kenapa peluang incumbent atau Petahana potensi keterpilihannya sangat besar? Kemudian, apakah Incumbent atau Petahana tidak bisa dikalahkan?.
Jawabannya silahkan terus membaca tulisan sederhana ini, sama-sama kita ketahui Incumbent atau Petahana;
Pertama, Mereka mempunyai ruang yang lebih besar terkait Akses ekonomi ke tengah masyarakat, kesempatan mereka lebih banyak dibandingkan calon lainnya, karena mereka masih menjabat sebagai walikota/wakil walikota atau Bupati/wakil Bupati, Gubernur/Wakil Gubernur, tentu tidak bisa dipungkiri dengan kemudahan akses ekonomi ini para Incumbent atau Petahana lebih mudah dalam mendapatkan dana segar untuk menggerakkan mesin politiknya. Dalam setiap momen pesta rakyat atau pilkada, tentu membutuhkan dana mobilisasi yang besar, walaupun ada yang mengatakan uang/dana bukan segalanya, tapi tanpa uang/dana bagaimana mau menggerakkan mesin politik yang ada, tanpa dana pergerakan kandidat akan lesu dan pucat pasi dan berujung runtuhnya semangat tim sukses dan dampaknya tentu bisa pembaca tebak sendiri.
Kedua, Incumbent atau Petahana mempunyai akses sosial kemasyarakatan lebih banyak di banding kandidat lainnya, karena disaat mereka menjabat mereka bisa langsung turun ke tengah masyarakat menanyakan kebutuhan masyarakat dan menampung aspirasi masyarakat kemudian membuat program dan kebijakan yang sesuai keinginan masyarakat itu sendiri. Sehingga ruang dan kesempatan ini membuat mereka sering bertatap muka denga konstituen atau masyarakat yang berefek incumbent atau Petahana akan lebih popular. Incumbent atau Petahana akan mempunya jaringan sampai ke pelosok-pelosok karena semasa mereka menjabat langsung atau tidak langsung sebenarnya mereka telah terlebih dahulu bersosialisasi dibandingkan kandidat lainnya. Jika calon kandidat lain berkampanye saat Pilkada digelar, Incumbent atau Petahana disadari atau tidak, sudah lebih dahulu berkampanye saat mereka meresmikan proyek, memberikan bantuan sosial, memberikan bantuan keagamaan dan lain sebagainya. Mereka “Incumbent” sangat diuntungkan bertemu dengan masyarakat selama mereka bertugas menjalankan amanat yang diembannya.
Ketiga, Incumbent atau Petahana mempunyai Akses Politik yang lebih besar dibanding Kandidat lain karena semasa mereka masih menjabat, mereka telah dilirik oleh partai Politik besar untuk direkrut menjadi kader, karena biar bagaimana pun, partai tentu butuh sumber daya yang besar untuk mengembangkan dan memajukan partai agar lebih besar lagi, untuk hal tersebut tentu butuh kekuasaan, modal dan lainnya. Dan pada saat Pilkada tentu Incumbent atau Petahana akan lebih mudah untuk mendapatkan kendaraan Politiknya, karena disamping kader mereka juga dinilai punya dana yang cukup selama pergelaran Pilkada nantinya.
Jawabannya selanjutnya, apakah Incumbent atau Petahana tidak bisa dikalahkan? Untuk menjawabnya silahkan simak tulisan sederhana ini sampai tuntas he he.
“something that is impossible can be changed to be possible or conversely something that is possible can be changed to be impossible” artinya “sesuatu yang tidak mungkin bisa diubah menjadi mungkin atau sebaliknya sesuatu yang mungkin bisa diubah menjadi tidak mungkin”
Politik adalah Seni Kemungkinan (art Possible), tentu untuk mengalahkan Incumbent atau Petahana tidak semudah yang dibayangkan, tapi Bisa dikalahkan, lalu bagaimana caranya?
Al Qur’an Surat AR Rad ayat 11, artinya;
“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…”
Hadist Nabi, Artinya “Siapa bersungguh-sungguh dia akan mendapat”
Jadi untuk mengalahkan incumbent walaupun sulit dan berat, itu masih bisa dilakukan selama kandidat penantang dan timnya bersungguh-sungguh melakukannya pada saat pilkada. Kandidat penantang dan timnya harus mempunyai sumber daya yang cukup untuk menggerakkan mesin politiknya, selain dana, kandidat juga harus mempunyai STRATEGI PEMENANGAN, terkait dengan strategi pemenangan kandidat harus lebih serius, kalau perlu menyewa konsultan Politik dan lembaga survey untuk mengukur sejauh mana peluang kemenangan bisa diraih, dengan melakukan survey atau kajian akademis akan lebih mudah untuk memetakan daerah mana saja titik kemenangan bisa diraih atau sebaliknya.
Terkait Strategi Pemenangan tentu dibutuhkan Peta Electoral atau bisa juga disebut Peta Pilkada yaitu kumpulan “DATA” yang harus dikuasai dan dimiliki kandidat, contohnya;
1. Peta Wilayah, kandidat dan tim harus menguasai hal ini, bila kandidat dan tim menguasai wilayahnya akan lebih mudah menentukan titik strategis, titik-titik sulit, akan lebih mudah mengelompokkan, mengcluster daerah-daerah target, mengirisnya kemudian mengunyah umpama makan semangka he he.
2. Peta demografi/sosiologi, kandidat dan tim wajib menguasai demografi (Sosiologi) kota Sungai Penuh; di kota Sungai Penuh ada beberapa variabel demografi seperti ; Suku (etnik), Agama, Pekerjaan dan lain sebangainya. Dengan mengetahui variabel demografi (Sosiologi) secara detail akan mempermudah kandidat dan tim dalam melakukan gerakan selanjutnya.
3. Hasil Pemilu/Hasil Pilkada Sebelumnya, Kandidat dan tim harus mengatahui hasil pilkada sebelumnya, ini penting dilakukan, karena dengan menguasai hasil pemilu/pilkada sebelumnya, kandidat dan tim dapat memetakan titik-titik yang akan dipoles dan diolah agar tercapainya kemenangan. TAPI INGAT berhati-hatilah dalam membaca peta ini, karena apabila salah dalam membacanya bisa menimbulkan bumerang bagi kandidat itu sendiri hehe, bisa jadi senjata makan tuan he he.
4. Hasil Survey Terbaru, Kanddidat harus memiliki data hasil survey terbaru gunanya tentu akan mempermudah pergerakan kandidat dan tim , dan mempermudah dalam menyiapkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan pada saat pilkada.
5. Media/Pers (Media cetak, Media Online, Media Sosial, TV dan lain sebagainya) Jangan lupa dikuasai he he.
Bila ke-5 hal tesebut bisa dilakukan tak tertutup kemungkinan Incumbent atau Petahana bisa dikalahkan, karena Incumbent atau Petahana juga manusia, mereka bukan malaikat, mereka bukan para nabi dan auliya yang tidak mempunyai kelemahan, SELAMAT BERJUANG !!
Para pembaca yang budiman, inilah akhir tulisan sederhana ini, mau dibaca ya syukur, gak dibaca ya gak apa-apa, ini hanya tulisan sebagai bahan pertimbangan, bukan pembuat keputusan yang final he he, dan siapa yang akan menjadi walikota dan wakil Walikota selanjutnya akan sama-sama kita lihat nanti pada Nopember 2024, siapa yang meraih suara terbanyak, apakah satu putaran atau dua putaran?, tentu tidak bisa kita jawab sekarang hehe.
“Ali Bin Abi Thalib Mengatakan;Artinya, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia”
Riwayat Penulis :
- Analis Politik Dalam Negeri 2019-2022 di Kesbangpol
- Pegiat Media Sosial
- Aktif Menulis dengan beberapa nama Anonim
"Hanya Sebatas Pencerahan"
Lebih dan kurang mohon maaf.
Wassalam Dzl Merah
(Editor: Aldie Prasetya/Merdekapost.com)