"
Usai menghilangkan Nyawa Adik Kelasnya, Dua Santri di di Ponpes Raudhatul Mujawwidin di Tebo Jambi ini Masih bisa Tidur nyenyak dan Makan selayaknya biasa dengan Santri lain sampai empat bulan lamanya, Hingga akhirnya kasus ini terkuak pasca Hotman Paris berkicau memviralkan di medsos, lalu semua bergerak dan pada akhirnya berhasil membuka tabir dari drama yang diciptakan dua bocil itu.
"
MUARA TEBO – Empat bulan sejak kejadian meninggalnya seorang santri bernama Airul Harahap (13 tahun) ditangan kakak kelasnya sendiri di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Mujawwidin Rimbo Bujang Tebo Provinsi Jambi, tak membuat dua pelaku [kakak kelasnya] terhambat dalam beraktivitas.
Seperti tidak ada kejadian apa-apa, dua pelaku masih santai melaksanakan kegiatan di pondok dan masih tidur di Asrama An-Nawawi dengan santri lain, masih makan bersama dan masih belajar seperti biasa. sepertinya mereka tidak terganggu atas apa yang telah mereka lakukan yaitu 'pembunuhan' rekan [adik] mereka sendiri yang sedang sama-sama menimba ilmu di pondok itu.
Mungkin mereka tidak bermaksud untuk membunuh adik tingkatnya itu, namun itulah kenyataannya, Airul ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, setelah mereka berdua 'mengeksekusinya', itulah kenyataan pedih dan sangat menyayat hati, terutama bagi kedua orang tua korban.
Untuk diketahui, dua pelaku utama dalam kematian Airul, mereka adalah AR (15) dan RAH (14), mereka berdua kakak kelas korban dan masih tergolong anak dibawah umur.
Berdua mereka menghabisi nyawa korban pada hari nahas Selasa tanggal 14 November 2023 lalu.
Sejak tanggal itu pula sampai minggu kedua atau pertengahan Maret 2024 ini, selama 4 bulan mereka masih beraktivitas layaknya santri lain yang ada di Ponpes Raudhatul Mujawwidin Rimbo Bujang - Tebo - Jambi.
Hal ini diakui pula oleh Kuasa Hukum Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Tebo, Chris Januardi.
Kata Chris, semua pihak yang ada di ponpes, termasuk dirinya, mengaku kaget, karena kedua pelaku masih bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
Karena pihak ponpes juga tak mengetahui, jadi dua pelaku itu masih melakukan aktivitas normal di pondok.
"Kita juga kaget, sebelum kasus ini terungkap mereka masih beraktivitas seperti biasa,” lanjut Chris kepada wartawan Sabtu (23/3/2024).
Mengapa pelaku masih bebas berkegiatan di pondok? Kata Chris karena memang pelaku telah berhasil menguasai situasi dengan mengancam teman-temannya untuk diam dan tak menceritakan apapun soal kejadian 4 bulan lalu itu kepada guru maupun orang lain.
Akibatnya, pengelola ponpes dan guru pun tak menyangka bahwa mereka yang melakukan semua itu.
"Kami mensupport polisi dan sudah melakukan tes psikologi terhadap saksi, tapi memang pelaku sebelumnya sempat mengancam anak-anak kita agar tidak menceritakan yang sebenarnya," ujarnya, Sabtu (23/3) di Mapolda Jambi.
Chris menyampaikan, kliennya pihak Ponpes telah mengambil pelajaran besar atas kejadian ini dan akan segera melakukan evaluasi terkait keamanan para santri Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Tebo.
"Kedepannya, kami akan mengevaluasi semua SOP terkait keamanan para santri dan menambah CCTV di setiap sudut Pondok Pesantren kami," sebutnya.
Semua Mulai Terkuak Pasca Hotman Paris Turun Tangan
Kenyamanan pelaku mulai terusik ketika Hotman Paris ikut turun tangan membantu keluarga Airul dalam mencari aktor dibalik kematian anak mereka.
Saat menerima jenazah Airul pada malam sekitar pukul 22.00 di hari kematian, kedua orangtua korban merasa ada yang janggal melihat kondisi jenazah Airul.
Mereka diberitahu oleh pihak Ponpes bahwa anaknya meninggal karena tersengat listrik di asrama, juga ada surat keterangan dari Klinik Rimbo Medical Centre yang menyatakan demikian.
Namun dari jenazah Airul yang dilihat langsung, yang terlihat adalah bekas luka di bagian bibir, siku tangan dan bagian kaki.
Salim Harahap, ayah Airul mengungkapkan, atas kejadian ini ia mulai curiga dan merasa tak bisa menerima alasan anaknya meninggal kesetrum.
Baca Juga: Terkuak, Ternyata Ini Motif Pembunuhan Santri di Tebo Airul Harahap
Terlebih lagi, satu jam sebelum kejadian itu, dirinya dan istri masih berkomunikasi melalui sambungan telepon.
Tak puas dan merasa ada yang aneh, orangtua korban langsung mengajukan proses autopsi ulang. 5 hari kemudian tepatnya Senin 20 November 2023 makam Airul kembali dibongkar.
Sesuai prediksi dan insting sebagai orangtua, ternyata hasilnya benar-benar berbeda dengan laporan yang mereka terima dari pihak Ponpes.
Korban Airul ternyata meninggal bukan karena tersengat listrik namun karena luka akibat benturan benda tumpul.
Perjuangan tak sampai di situ, orangtua korban kemudian terus mencari keadilan berharap pelaku yang telah menyakiti anak mereka harus segera ditangkap.
Desember, Januari, Februari, Maret, tak juga ada hasil, akhirnya Salim Harahap dan istrinya mencoba mencari bantuan pengacara terkenal Indonesia yaitu Hotman Paris.
Baca Juga: Satreskrim Polres Tebo Lakukan Penyelidikan Terhadap Dokter Visum dalam Kasus Kematian Santri Tebo
Bak gayung bersambut, Hotman langsung merespon. Pada 16 Maret 2024, Hotman Paris mulai berkicau melalui akun sosial medianya.
Lewat akun Instagram @hotmanparisofficial, pengacara kondang itu memposting video ibu Airul yang menangis sambil meminta tolong agar pelaku pembunuh anaknya segera ditangkap.
Kedua orang tua korban saat menemui Pengacara Hotman Paris, mereka meminta bantuan sang pengacara untuk membantu mereka dalam mengungkap kasus kematian buah hatinya yang dinilai tidak wajar. (ist) |
Heboh, polisi langsung bergerak, melakukan pemeriksaan sejumlah saksi, ada puluhan saksi yang dimintai keterangan, mulai dari santri, guru hingga pengelola Ponpes.
Hingga kemudian Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira, Jumat (22/3) mengatakan kepolisian telah menetapkan 2 tersangka yaitu santri yang merupakan kakak kelas korban sebagai tersangka.
"Dengan menetapkan 2 orang santri sebagai tersangka atau anak yang berhadapan dengan hukum, karena masih di bawah umur," kata Andri kepada wartawan.
Kemudian AR dan RAH ditahan Jumat (22/3/2024) dan langsung dilakukan rekonstruksi, di lokasi kejadian.
Hasil Rekonstruksi Terbongkarlah Kronologi Kejadian Sebenarnya
Dari rekonstruksi itu, baru ketahuan, ternyata aksi kekerasan yang dilakukan dua pelaku ini terkait dengan rasa sakit hati pelaku utama inisial AR.
Pada 4 November 2023, korban Airul menagih uangnya sebesar Rp10.000 kepada AR. AR ternyata pernah meminjam uang korban saat bermain bola.
Tak terima ditagih, AR lalu marah, pada hari itu ia melampiaskan kemarahannya dengan menendang punggung Airul.
Waktu pun berlalu, hingga 10 hari kemudian, tepatnya 14 November 2024, sakit hati AR rupanya belum juga hilang.
Ia kemudian ingin membalas rasa sakit hatinya akibat ditagih hutang 10 hari yang lalu.
Tak mau sendiri, kemudian AR mengajak temannya inisial RAH.
AR dan RAH kemudian menjalankan aksinya untuk membalas rasa kesal AR di rooftop lantai 3 gedung asrama.
Kebetulan AR, RAH dan Airul sama-sama tinggal di asrama yang sama, yaitu Asrama An-Nawawi Ponpes Raudhatul Mujawwidin.
Berita Terkait: Polda Jambi Ekpos Kasus Kematian Santri di Tebo, Dua Tersangka Ditahan, Ini Fakta Baru yang Ditemukan
Lalu pelaku AR dan RAH meminta santri lain untuk memanggil korban Airul naik ke atas rooftop di lantai 3 asrama.
Airul pun kemudian naik ke atas, sementara dua pelaku sudah duluan berada di atas menunggu kedatangan Airul.
Saat Airul tiba itulah, kemudian pelaku AR meminta RAH memegang korban dari belakang. Saat Airul sudah dipegang dan tak bisa bergerak kemudian AR langsung menampar dan memukul Airul.
kemudian pelaku AR mengambil kayu dan dan memukul bagian kepala korban hingga korban sempoyongan.
Saat korban Airul mulai lemas, kemudian pelaku RAH melepaskan tubuh korban sambil memukul bagian tangan korban. Kondisi ini membuat korban tersungkur ke lantai.
Tak puas melihat korban tersungkur di lantai, kemudian pelaku AR Kembali menjalankan aksinya, menginjak leher korban. Saat inilah kemudian Airul tak lagi bergerak.
Lalu mereka memindahkan tubuh Airul ke tangga bagian dalam asrama dan membuat kondisi seolah-olah korban kesetrum tersengat aliran listrik.
Tubuh Airul lalu diletakkan di atas batang besi yang kemudian disangkutkan kabel listrik, sehingga seolah-olah kena setrum.
Berdasarkan drama dua anak itu pula, pihak klinik kemudian mengeluarkan surat keterangan yang isinya serupa dengan drama pelaku, lalu diikuti pula oleh pihak Ponpes, menyampaikan hal sama juga kepada keluarga korban, selama berbulan-bulan, hingga akhirnya semua kini terbongkar sudah.
Hendaknya ini menjadi perhatian serius dari semua pihak, karena kejadian seperti ini juga telah terjadi di beberapa daerah lainnya, Bully, Perundungan terhadap anak-anak murid, santri. Ingat! Orang tua menyekolahkan anaknya dengan tujuan untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya kelak, bukan untuk menyerahkan nyawa putra putri tersayang mereka.(*)
*dari Berbagai Sumber | Editor: Aldie Prasetya | Merdekapost.com
0 Comments:
Posting Komentar