Kisah Musyawarah Copet di-Indonesia Digelar, Copet dari Palembang Hadir, Kapolri Akhirnya Turun Tangan

Ilustrasi copet beraksi (KOMPAS.com)

MERDEKAPOST.COM | JAKARTA - Menelusuri dunia copet mencopet memang tak ada habisnya.

Ada banyak trik dilakukan pencopet saat beraksi mengelabui korban.

Sebuah kisah menarik terjadi pada 1970-an, saat musyawarah copet digelar.

Pada 1970-an, dunia bawah tanah percopetan di Indonesia mengalami masa jaya.

Saat itu, banyak copet legendaris beraksi di tempat-tempat ramai.

Bukan hanya di Jawa pencopet beraksi, ada di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi dan pulau-pulau lain.

Aksi copet alias comot dompet, dilakukan bisa sendirian atau kerja sama tim.

Kadang ada teman pencopet berusaha mengalihkan perhatian, seperti mengajukan pertanyaan atau menabrak korban.

Gangguan untuk mengalihkan perhatian korban memerlukan kecepatan dan teknik.

Ada suatu catatan menarik yang ditulis Harian Kompas, bahwa para copet berkonsolidasi dan mengadakan musyawarah di hotel yang cukup mewah di Bandung.

"Pihak berwajib di Bandung mengungkapkan adanya musyawarah copet dari beberapa kota di Pulau Jawa dengan menggunakan suatu tempat yang cukup mewah di Kota Bandung.

Secara diam-diam, copet dari Surabaya, Semarang, Jakarta dan Yogyakarta berkumpul di Bandung, yang juga dihadiri dua tokoh copet dari Palembang sebagai peninjau.

Copet-copet ini tampaknya mencoba menciptakan cara-cara baru dalam dunia percopetan dan berusaha agar pembagian daerah dipatuhi

Mengingat banyak pencopet dari kota lain beroperasi di daerah yang bukan wialayah operasinya." tulis Kompas.

Jangan kaget, cuplikan di atas adalah peristiwa sebenarnya, yang terjadi di Bandung pada 7 Januari 1997.

Melansir sejarahri.com, pada Senin pertama Januari 1977, telah dilakukan musyawarah antar copet-copet di seluruh Pulau Jawa. 

Itu digelar di tempat cukup mewah di Kota Bandung.

Secara diam-diam, copet-copet dari Surabaya, Semarang, Jakarta dan Yogyakarta berkumpul di Bandung untuk melakukan musyawarah besar copet Indonesia.

Menariknya, musyawarah itu juga dihadiri dua orang tokoh copet dari Palembang sebagai peninjau.

Tak ada catatan tentang apa-apa saja hasil musyawarah unik tersebut.

Namun, tampaknya copet-copet itu mencoba untuk menciptakan cara-cara baru dalam dunia percopetan dan berusaha agar pembagian daerah tetap dipatuhi.

Pembagian itu mengingat akhir-akhir itu banyak terjadi pencopetan oleh pencopet dari kota lain beroperasi di daerah yang bukan wilayah operasinya.

Sampai ke telinga Polisi

Apakah polisi tidak mengetahui kabar musyawarah itu?

Meskipun musyawarah itu dilaksanakan diam-diam dan sukses tanpa diketahui pihak berwajib hingga selesai, namun kabarnya kemudian sampai juga ke telinga pihak berwajib.

Kabarnya, polisi mengingatkan agar masyarakat mengingatkan kewaspadaan untuk menghadapi aksi-aksi copet pada 1977.

Musyawarah itu tampaknya benar-benar efektif dan berhasil. 

Tercatat bahwa di tahun itu, aksi pencopetan memang menggila.

Bahkan hingga sekelas Menteri Pertahanan dan Keamanan sampai harus turun tangan ikut memerangi gerakan para copet ini.

Website sejarahri.com juga menuliskan kolom-kolom media disesaki oleh aksi-aksi copet yang oleh mereka disebut "bandit".

Oleh karena itu, pada 24 Mei 1977 disebutkan Menhankam/Pangab Jenderal M Panggabean ‘pun menaruh perhatian terhadap meningkatnya aksi pencopetan di Ibu Kota Jakarta.

Saat itu, Menhankam mengeluarkan instruksi mengenai perlunya terus-menerus melakukan telaah strategis, memperkirakan gangguan-gangguan yang timbul, serta langkah-langkah untuk menghadapinya.

Namun, aksi pencopetan terus meresahkan dan sangat menggaggu ketertiban umum.

Pada 8 Juni 1977, dikeluarkanlah instruksi untuk memberantas copet oleh Menhankam, Jenderal Panggabean, kepada Kapolri, Jenderal (Pol) Widodo Budidarmo.

Sementara itu, Kas Kopkamtib Laksamana Sudomo mengeluarkan instruksi serupa kepada Kadapol Metro Jaya, Mayjen Pol Sutadi.

Akhirnya, penangkapan demi penangkapan pencopet terus dilakukan.

Musyawarah copet di New York

Maraknya pencopetan pada tahun itu bukan hanya menjadi fenomena nasional.

Musyawarah pencopet serupa berlangsung di New York saat itu.

Arsip Kompas 29 November 1977 di rubrik “Sari Warta LN” menuliskan soal pertemuan para copet di New York itu. Bahkan, lebih canggih dari Indonesia.

Seperti dilaporkan New York Times, pencopet-pencopet di Amerika Serikat itu berkumpul sekitar 50-an orang setiap pagi sekitar pukul 09.00 untuk melakukan rapat di rumah makan Manhattan untuk merencanakan operasi hariannya.

Musyawarah itu juga sukses

Disebutkan bahwa komplotan 1.000 pencopet toko yang terdiri dari orang-orang Cile, Kolombia dan Peru, dapat menjarah toko-toko di Amerika Serikat.

Hasil copet itu mencapai 150 juta dollar AS atau lebih dari Rp 2 triliun jika dihitung dengan kurs saat ini.

Copet legendaris dunia

Di luar negeri, keterampilan pencopetan dilakukan beberapa pesulap sebagai bentuk hiburan. Mereka beraksi mengambil barang dari penonton atau dengan mengembalikannya tanpa mereka sadari mereka telah kehilangan itu.

Satu di antara yang terkenal yaitu James Freedman, dikenal sebagai "The Man of Steal".

Majalah Time Out menulis bahwa Freedman mungkin "pencopet terbaik di dunia".

Ilusionis professional David Avadon tampil sebagai aksi pencopetan khasnya selama lebih dari 30 tahun dan dipromosikan dirinya sebagai "pencopet berani dengan gagah kemahiran" dan "utama pameran pencopet negara, salah satu dari beberapa master dalam dunia seni bawah tanah ini.

Smith Journal dari Australia juga telah mendeskripsikan orang Amerika bernama Thomas Blacke sebagai salah satu pencopet terbaik di dunia.

Nah menarik kan menelusuri dunia copet mencopet di Indonesia. (*)

Sumber: Kompas.com | Merdekapost.com | Editor: Ari Anggara

Related Postss

0 Comments:

Posting Komentar

Copyright © MERDEKAPOST.COM. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs