Skenario dan Trik 'Cantik' Pilwako Sungai Penuh Tahun 2020



(Pro dan Kontra Politik Dinasti)

Oleh : Syamsul Bahri

Dinamaka Politik dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Sungai Penuh semakin hari semakin memanas dengan berbagai trik dan strategi-startegi  yang dimainkan oleh kelompok Simpatisan dan atau relawan kandidat yang sempat diamati oleh para pengamat, begitu juga oleh calon partai pengusung dan pendukung...

Teramati ditingkat lapangan dan elite akan muncul dalam Pilwako Sungai Penuh beberapa skenario atau trik yang sudah berjalan dan bakal dimainkan menjelang proses Pemilihan September nanti.

Skenario Pertama akan muncul 3 pasang secara alami yang sedang berproses  saat ini baik ditingkat Provinsi maupun di tingkat Pusat, dan akan muncul 1 pasang Bacawako sebagai pasangan bayangan untuk memecah basis suara Zulhelmi (Kecamatan Pondok Tinggi, Sungai penuh, Sungai Bungkal dan Kumun Debai) yang merupakan Pasangan Representatif Tengah dan Kumun Debai, yang saat ini sudah diusahakan untuk dimarginalkan, dengan berbagai alasan antara lain Zulhelmi tidak punya kekuatan untuk memperoleh dukungan partai dan tidak punya dukungan finansial (uang) yang cukup untuk bertarung, itulah suatu upaya black issue yang dilontarkan ke tengah publik, dan sesungguhnya itu merupakan black issue murahan yang tidak berdasar.

Skenario Kedua adalah untuk membentuk suatu Koalisi besar dengan kekuatan hampir 15 kursi di DPRD, skenario ini bisa ya dan bisa tidak, namun keinginan tersebut masih terus berjalan dan berpropses yang akan dikendarai oleh Zulhelmi dan atau Ahmadi Zubir. Pada hal sesungguhnya Koalisi besar  ingin menciptakan pertarungan head to head antara Fikar dengan salah satu calon pasangan yang sedang berjuang saat ini yaitu Bacawako Ahmadi Zubir dan Bacawako Zulhelmi, yang diharapkan salah satu atau dua-duanya itu mundur karena terbeban dengan biaya dan "mahar" politik  dan operasional politik Pilkada yang sangat tinggi, bahkan dengan cara yang “buying time”.

Skenario Ketiga, munculnya tokoh elite partai politik dari wilayah Basis Zulhelmi berbondong-bondong menawarkan diri untuk mendampingi Pasangan Bacawako Fikar Azami, seperti dari Partai Amanat Nasional (PAN) yaitu Elite PAN DPW Jambi Yos Adrino Adnan Tokoh dari Kecamatan Sungai Bungkal yang lama berdomisli di Kota Jambi, dan  Satmarlendan, Dpt Ketua DPD PAN Kota Sungai Penuh tokoh kharismatik dari Wilayah Kecamatan Pondok Tinggi yang sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Sungai Penuh, begitu juga dengan Syafriadi Ketua DPC Hanura Kota Sungai Penuh yang juga merangkap sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Sungai Penuh, semua menjadi fenomena menarik.

Kita sangat menyadari bahwa Partai Hanura dan PAN untuk Kota Sungai Penuh merupakan Partai besar yang memiliki suara masing-masing 3 kursi, bahkan kedua Partai tersebut  menduduki posisi sebagai wakil Ketua DPRD Sungai Penuh, sebuah posisi yang sangat startegis dalam kewilayahan Politik di Kota Sungai Penuh, dan ketiga tokoh tersebut semua mengatakan “Jika diperintah oleh Partai, mereka siap untuk mendampingi Fikar Azami” sebuah bahasa politik yang belum meyakinkan bahkan belum percaya diri, namun semua keputusan ada di DPP masing-masing partai, dan diyakini apakah personal atau melalui jalur politik para tokoh dari Basis Zulhelmi akan berlomba-lomba untuk menawarkan diri menjadi Pendamping Fikar Azarmi.

Begitu juga konstelasi Pilwako Sungai Penuh akan dipengaruhi oleh Konstelasi Pilkada di Provinsi Jambi, berkaitan dengan koalisi dan Gerakan Politik, sehingga tidak terlalu gampang untuk keberhasilan sebuah skenario local, yang tentunya akan dipengaruhi oleh skenrio regional.

Bahwa Pilkada serentak tahun 2020 merupakan uji case untuk menuju Pilpres tahun 2025, dimana masing-masing partai akan diuji kekuatan akar rumput yang memiliki simpatisan dan kekuatan untuk arah dukungan dan maju sendiri pada Pilpres tersebut, sehingga sangat tidak mudah sebuah partai besar yang layak untuk maju sebagai Kepala daerah untuk maju sebagai wakil kepala daerah seperti Wakil Gubernur, Wakil Bupati ataupun wakil Wali kota.

Jika kita cermati dari beberapa skenario yang sedang berjalan, memang basis Zulhelmi diusahakan untuk dipecah dan dilemahkan, dengan hasil akhir yang diharapkan Zulhelmi mundur dari Kontestasi ini, namun sangat diyakini Zulhelmi dengan patriotiknya akan terus berjuang dan berjuang untuk maju sebagai Calon Wako Sungai Penuh.

Dari beberapa sumber yang dapat dipercaya dielite bahkan diakar rumput, bahwa sudah banyak tokoh dan elite yang sudah dijanjikan untuk mendamping Fikar Azami, namun untuk menjadi wakil hanya ada satu wakil, nah masing-masing orang yang sudah dijanjikan berusaha untuk melakukan konsolidasi untuk pembentukan tim relawan yang secara umum berada di basis Zulhelmi, mudah-mudhan Tim Relawan Zulhelmi bisa mengambil hikmah dari kondisi ini.

Jika kita simak dari pengamatan politik Sungai Penuh oleh Saudara Dr. FERDI melalui berita on line  Jambi berita.com tanggal senen tanggal 09 Maret 2020, mengatakan “Sikap politik AJB sah-sah saja kalau dikaitkan dengan zaman demokrasi sekarang. Namun, ini bukan sekedar soal demokrasi. Kita harus melihat tujuan dari kekuasaan itu sendiri, yakni mewujudkan kesejahteraa rakyat,” ungakap Ferdi, yang seyogyannya kompetensi dan kemampuan menjadi acuan dalam menjadi seseorang menjadi pemimpin.

Menurut Dinasti Politik dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga (Wikipedia). Dinasti politik lebih indentik dengan kerajaan, sebab kekuasaan akan diwariskan secara turun temurun dari ayah kepada anak. agar kekuasaan akan tetap berada di lingkaran keluarga, swalaupun secara hokum bukan merupakan sebuah pelnggaran.

Dibeberapa daerah munculnya pro dan kontra bahkan perlawanan untuk kemunculan Dynasti politik ini, karena  Dinasti politik cenderung melemahkan penegakan hukum. Bahkan umumnya mereka tidak meniti karir politik seperti politisi lainnya. Ketika politisi, jika kita simak tulisan Oleh Pudjo Rahayu Rizan  Selasa, 24/12/2019 pada berita on line antara dengan judul Pro kontra politik dinasti “pada konteks pro dan kontrak politik dinasti pemaknaan demokrasi menimbulkan dua pemahaman yang saling bertentangan yaitu politik dinasti tidak bertentangan dengan demokrasi, tapi disisi lain sering melanggar dari prinsip demokrasi itu sendiri”.

Selanjutnya ditegaskan lagi, apakah politik dinasti mengkebiri demokrasi dengan jawaban bisa ya bisa tidak, karena politik dinasti cenderung mempengaruhi proses yang semestinya demokratis menjadi tidak demokratis, karena campur tangan pihak-pihak yang memegang kekuasaan, kekatan, pengaruh, infrastruktur politik, bungkusnya demokrasi, tapi isinya bukan demokrasi.

Ini sebuah pengamatan dan menyampaikan beberapa referensi terkait dengan dinamika politik di kota Sungai Penuh, terkait dengan beberapa scenario dan Dinasti politik, mudah-mudahan bisa menjadi edukasi politik untuk masyarakat kota Sungai Penuh. (red/hza)

Editor : Heri Zaldi Alwi**

Related Postss

0 Comments:

Posting Komentar

Copyright © MERDEKAPOST.COM. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs