Merdekapost.com - Saat ini, salah satu berita yang sedang ramai dibicarakan adalah kecelakaan yang melibatkan si Dul, anak usia sekolah yang sudah mengendarai mobilnya sendiri. Akibatnya, si Dul terancam terkena hukuman karena pelanggaran aturan berkendara.
Ternyata, bukan hanya pihak kepolisian atau hukum yang sedang dihadapi oleh si Dul. Bahkan, dari koran kemarin, saya membaca pihak sekolah mengancam akan mengeluarkan Dul. Ah..kasihan sekali si Dul, harusnya hari ini ia lagi bersenang-senang dengan temannya di kelas, bukannya tidur di kamar rumah sakit. Ya..itulah kasus yang sedang menimpa si Dul. Tapi, tulisan ini tidak akan membahas tentang si Dul yang bukan anak betawi asli itu. Tulisan ini akan membahas bagaimana hukuman yang tepat buat anak-anak, terutama dalam dunia pendidikan.
Sejatinya, konsep reward dan punishment sudah ada sejak dulu. Bagi para pengagum behaviorisme terutama Edwin Guthrie, konsep ini, terutama hukuman, diyakini akan mampu secara efektif meningkatkan hasil belajar anak karena bisa mengubah perilaku mereka.
Namun begitu, hukuman tidak bisa diberikan secara sembarangan. Harus ada cara-cara khusus agar benar-benar bisa berjalan secara efektif dan tujuan yang diharapkanpun bisa diperoleh. Jika tidak, hukuman tersebut hanya akan membawa dampak negatif pada siswa.
Misalnya saja, dengan memberi hukuman fisik, seperti menjewer, memukul, menendang, atau mungkin dengan kata-kata keras kasar mengancam. Bukannya, perubahan perilaku, siswa akan menjadi tertekan, dan hal ini akan membuat kondisi belajarnya tidak bisa berjalan maksimal. Selain itu, hukuman juga tidak bisa diberikan secara terus menerus. Hukuman bisa diberikan ketika siswa melakukan tindak melanggar aturan secara sengaja.
Dalam pandangan saya secara pribadi, ada beberapa cara yang bisa digunakan oleh seorang guru ketika akan memberikan hukuman.
- Amati dulu perilaku siswa. Tidak semua siswa memiliki perilaku yang sama, terutama dalam hal belajar. Bagi mereka yang visual, duduk mendengarkan dan memperhatikan adalah hal yang sangat wajar. Bagaimana dengan mereka yang kinestetik? Pastinya tidak bisa seperti ini. anak-anak seperti ini cenderung aktif bergerak, bahkan saat pelajaran berlangsung. Artinya, guru yang memahami kecenderungna pola belajar siswanya agar mengerti kenapa anak-anak tersebut tidak bisa duduk diam dalam waktu lama dan cenderung mondar-mandir. Pemahaman ini akan membuat guru lebih mudah menentukan apakah harus memberikan hukuman atau sekedar mengingatkan saja.
- Tetapkan aturan kelas. Hukuman tidak bisa secara langsung diberikan kepada siswa tanpa adanya aturan yang terlebih dahulu disepakati. Seisi kelas harus tahu apa yang boleh dan tidak seharusnya mereka lakukan. Guru yang tiba-tiba saja memberikan hukuman dan terlebih dahulu menetapkan aturan kelas, sama hanya melakukan tindakan tidak adil. Menuntut haknya untuk diperhatikan dan didengarkan tanpa menunjukkan kewajiban dan hak siswa.
- Jangan mempermalukan. Hukuman dibuat untuk membuat siswa jera, dan pada tahap berikutnya menjadikan perilaku mereka berubah. Meski begitu, hukuman tidak bisa diberikan dengan jalan mempermalukan. Cara ini hanya akan membuat psikologi siswa tertekan, dan terkadang siswa cenderung merasa marah, atau dendam pada guru tersebut atau siswa lain yang terlihat memperolok.
- Gunakan kata-kata halus. Tak ada satu orangpun yang akan merasa nyaman ketika mendapatkan hukuman. Baik dewasa maupun anak-anak. Namun, saat itu kita ungkapkan dengan kata-kata dan bahasa yang halus, siswa yang terhukum akan merasa sedikit lebih nyaman. Tak perlu kita menghardik ataupun berteriak keras, karena hal itu hanya akan menjadikan siswa seolah-olah sebagai sosok yang paling bersalah.
- Jangan lakukan di saat sedang emosi. Saat marah dan emosi tingkat tinggi, sebaiknya seorang guru menenangkan diri dulu. Menghukum dalam kondisi emosi tidak akan menyelesaikan masalah karena biasanya hukuman itu akan cenderung ngawur dan tidak tepat sasaran.
- Berikan hukuman yang mendidik. Sudah tidak jamannya lagi kita menghukum dengan memukul, atau menjewer, karena bisa jadi hanya akan menjadi bahan olokan siswa, terutama siswa yang sudah besar. berikan saja hukuman yang lebih mendidik, misalnya, dengan memberi tanggungjawab untuk kondisi kelas waktu itu. Tidak perlu merasa khawatir akan jadi seperti apa kelasnya ketika tanggungjawab akan kondisi itu dibebankan kepada yang terhukum. Guru tetap bisa memantaunya dan meminta laporan akan kondisi yang terjadi. Dengan ini, siswa terhukum bisa belajar bagaimana rasanya ketika teman-temannya sendiri tidak memperhatikannnya.
- Beri pengertian. Sekeras apapun hukuman, tidak akan membawa banyak dampak ketika kita tidak memberi pengertian tentang hukuman tersebut. Saat hukuman itu selesai, ada baiknya jika guru memberi pengetian kenapa harus dihukum, dan kenapa hukuman itu yang dipilih. Pengertian ini tidak hanya diberikan kepada siswa terhukum, namun pada semua anggota kelas agar semua bisa mengerti dan mengambil pelajaran.
Sebenarnya, konsep hukuman memang tidak dilarang dalam dunia pendidikan. Namun, sekali lagi, harus dengan cara yang pas agar tujuan dari pemberian hukuman itu tercapai, tidak hanya sekedar menghukum saja, sebagai pelampiasan kejengkelan, kemarahan, atau emosi guru.
0 Comments:
Posting Komentar