"Ironisnya, seringkali tanggung jawab tersebut didelegasikan secara tidak bertanggung jawab, atas nama kesibukan orang tua, atas nama karier dan lain-lain. Tanggung jawab terhadap anak diserahkan kepada pembantu, baby sitter dan pengasuh yang bisa jadi kita tidak pernah mengontrol kompetensi mereka," kata Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Soleh dalam perbincangan, Sabtu (23/2/2013).
Karenanya, dalam buku 'Detik-Detik Perlindungan Anak', dia menuliskan bagaimana kekerasan yang terjadi pada pada anak terjadi di mulai dari keluarga. Buku berisi esai-esai itu mengupas persoalan yang kerap terjadi pada anak saat ini.
"Untuk itu, orang tua, jika harus membutuhkan peran pengganti dalam mengasuh anak, harus dipastikan bahwa orang yang kita pasrahkan untuk kepentingan pengasuhan benar-benar memiliki kompetensi, baik aspek moralitas, pengetahuan, dan kemampuan," terang Niam.
Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga, jelas Niam, terutama yang melibatkan pengasuh, dan PRT, salah satunya karena tidak adanya seleksi dan kontrol dari oran tua,
"Salah satu faktor terbesar yang menjadi embrio terabaikannya hak anak adalah disemai dari keluarga. Kasus anak terbesar yang terlaporkan di KPAI adalah karena faktor konflik rumah tangga, konflik suami-istri yang hampir selalu menyebabkan terciderainya hak anak, terlantar, dan terenggut hak kasih sayangnya. Kemudian seringkali anak jadi korban perebutan antara ayah dan ibunya. Untuk itu, perlu langkah-langkah promotif untuk menguatkan sendi-sendi keluarga," urainya.
Memang tidak lantas baby sitter yang menjadi penyebab. Semuanya kembali kepada orang tua. Niam memaparkan dalam bukunya itu juga, soal kekerasan yang terjadi di lingkungan mulai di rumah hingga di sekolah. Faktor lainnya kekerasan pada anak juga karena kemiskinan yang mendera.
"Anak-anak yang terlibat kekerasan, tawuran, dan pelanggaran hukum lain, mayoritas tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan keluarga yang tidak layak bagi anak, terutama dari keluarga yang broken home, tidak ada kepedulian, keluarga yang tertutup, keluarga yang sibuk dengan urusannya sendiri dan lain-lain," urainya.
(choe)
BACA JUGA :
0 Comments:
Posting Komentar