Pelatih Maroko Sebut Perebutan Tempat Ketiga Adalah Laga Terburuk

Pemain Timnas Prancis Kylian Mbappe berebut bola dengan pemain Timnas Maroko Sofyan Amrabat pada pertandingan semifinal Piala Dunia 2022 Qatar di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar. Foto: REUTERS

MERDEKAPOST - Pelatih Maroko, Walid Regragui, nampaknya masih kecewa dengan kegagalan membawa anak asuhnya ke partai final Piala Dunia 2022. Regragui merasa laga perebutan juara ketiga adalah laga terburuk yang harus dijalaninya.

Timnas Maroko bakal melakoni pertandingan perebutan juara ketiga usai kalah 0-2 dari Prancis di semifinal. Mereka akan berhadapan dengan Kroasia yang juga gagal melaju ke final usai dihajar Argentina 0-3.

Regragui nampaknya tak begitu antusias jelang duel tersebut. Pelatih 47 tahun itu masih kecewa dengan kegagalan timnya menembus partai final Piala Dunia 2022. Alhasil, ia menyebut perebutan juara ketiga adalah laga terburuk yang mesti dimainkannya.

"Saya rasa ini adalah pertandingan terburuk yang harus kami mainkan. Jelas, kami ingin hal-hal menjadi berbeda. Kami ingin berada di final yang sebenarnya tetapi ada tempat ketiga untuk diperebutkan. Kami ingin berada di podium," ujar Regragui, dikutip dari ESPN.

"Kami ingin menjadi sepositif mungkin bagi pendukung kami. Ya, finis ketiga akan bagus untuk citra kami, kami akan berada di podium. Tapi, tahukah Anda? Bahkan, jika kami memenangkan pertandingan besok, kami tidak akan bermain di final dan kami tidak akan memenangkan Piala Dunia," sambung Regragui.

Pelatih Maroko Walid Reragui merayakan setelah pertandingan Belgia vs Maroko di  Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Minggu (27/11/2022). Foto: Reuters

Regragui menyebut bahwa kemenangan atas Kroasia tak begitu bernilai meski nantinya akan berpengaruh terhadap ranking FIFA. Ia mengungkap bahwa memenangkan Piala Dunia adalah tujuan utamanya.

"Ya, kami sedang memikirkan peringkat FIFA kami, tapi ini cukup sulit bagi kami dan juga bagi Anda, saya kira sebagai jurnalis ini bukan pertandingan yang penting, jujur saja? Kami ingin berada di final pada hari Minggu, bukan besok [perebutan juara tiga]," lanjut Regragui.

Kendati demikian, Maroko tetap akan tampil maksimal demi mengejar catatan sejarah lain bagi benua Afrika di Piala Dunia. Regragui juga merasa pihak lawan akan menganggap penting pertandingan perebutan posisi 3, yang kemungkinan akan menjadi panggung terakhir sang kapten Kroasia, Luka Modric di pentas internasional.

Pemain Kroasia Luka Modric saat lawan Brasil pada Perempat Final Piala Dunia di Education City Stadium, Doha, Qatar, Jumat (9/12/2022). Foto: Hannah McKay/REUTERS

"Saya tidak yakin apakah ini akan menjadi pertandingan Piala Dunia terakhir Modric, tetapi saya mengenalnya sebagai pemain. Dia adalah salah satu pemain terbaik di dunia. Dia adalah seorang pesaing, dia adalah seorang pejuang dan saya tahu dia ingin menyelesaikan Piala Dunia dengan baik," ujar Regragui.

"Ketika Anda menghadapi pemain hebat seperti Modric yang ingin menyelesaikan dengan catatan yang bagus, kita perlu menghormati ini, kita perlu mewaspadai ini. Saya harap kita dapat menampilkan pertunjukan yang bagus di akhir kompetisi," pungkasnya.

Pemain Timnas Kroasia Marcelo Brozovic  berebut bola dengan pemain Timnas Maroko Selim Amallah pada pertandingan Grup F Piala Dunia 2022 Qatar di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar.  Foto: REUTERS

Adapun Maroko dan Kroasia sempat saling berhadapan di fase grup Piala Dunia 2022. Ketika itu, Maroko dan Kroasia bermain sama kuat dengan skor akhir 0-0.

Duel perebutan juara ketiga antara Maroko kontra Kroasia akan digelar pada Sabtu (17/12) malam WIB. Pertandingan itu akan digelar di Stadion Khalifa Internasional, Qatar. )*


TOP SCORER PIALA DUNIA FIFA 2022

 TOP SCORER PIALA DUNIA FIFA 2022 :



Klasemen Piala Dunia 2022

 Klasemen Piala Dunia 2022
































































Qatar Diduga Suap Ekuador Rp 115 M Supaya 'Ngalah' di Laga Awal Piala Dunia 2022

Pemain Timnas Qatar: Almoez Ali dan Hasan Khalid Al Haydos. Foto: REUTERS/File 

Kabar tak sedap datang dari Piala Dunia 2022. Tuan rumah, Qatar, diduga telah melakukan suap kepada Ekuador untuk laga pembuka di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Minggu (20/11).

Rumor tersebut beredar luas di media sosial. Adalah Amjad Taha, penulis dan pakar politik, sosok yang pertama kali menyebarluaskan dugaan tersebut.

Melalui media sosial pribadinya, Taha mengatakan Qatar memberikan uang senilai USD 7,4 juta (setara Rp 115 miliar) kepada delapan pemain Ekuador.

Stadion Al Bayt. Foto: GIUSEPPE CACACE / AFP

Adapun suap tersebut untuk mengatur hasil akhir laga. Ekuador diminta untuk mengalah dari Qatar dengan gol yang terjadi pada babak kedua.

"Qatar menyuap delapan pemain Ekuador USD 7,4 juta [Rp 115 miliar] untuk kalah di laga pembuka [skor 1-0, gol di babak 2]," tulis pernyataan Taha di Twitter, Kamis (17/11) lalu.

"Lima orang dalam Qatar dan Ekuador membenarkan hal ini. Kami harap itu salah. Kami berharap membagikan ini bisa mengubah hasil pertandingan. Dunia harus menentang korupsi di tubuh FIFA," tambahnya.

Pemain Timnas Ekuador di Qatar jelang Piala Dunia 2022. Foto: REUTERS

Qatar dan Ekuador berada di Grup A bersama Senegal dan Belanda. Tuan rumah saat ini berada di peringkat ke-50 dunia, namun tak jadi favorit untuk lolos ke babak berikutnya.

Felix Sanchez selaku pelatih Qatar menyangkal rumor tersebut. Menurutnya, itu hanya kabar burung belaka yang ingin memecah konsentrasi para pemainnya.

“Ada banyak informasi yang salah,” kata Sanchez ketika ditanya tentang hal itu, dikutip dari Fox Sport.

“Internet adalah alat yang hebat, tetapi juga sangat berbahaya. Tidak ada yang akan dapat menggoyahkan kami dengan pernyataan-pernyataan ini. Kami tidak terpengaruh sama sekali.

“Kami fokus untuk membawa pertandingan penting ini dan tidak akan mempertimbangkan hal lain,” pungkasnya.)***

Sumber: kumparan.com

Copyright © MERDEKAPOST.COM. All rights reserved.
Redaksi | Pedoman Media Cyber | Network | Disclaimer | Karir | Peta Situs